Minggu, 01 Oktober 2017

TAHUN BARU

Beginilah Mestinya 
Memperingati Tahun Baru

Jauhkan dia dari hedonisme
     Tahun Hijriyah dikenal sebagai tahun baru umat Islam, tahun yang di awali dengan bulan Muharram, awal tahun ini biasanya identik dengan berbagai kegiatan religi mulai dari kampung, pesantren, masjid atau pun musholla sekali pun berusaha melakukan peringatan tahun baru tanpa kegiatan hura-hura. Dalam wikipedia dikenal dengan istilah Hijriyah atau Kalender Islam diartikan sebagai kalender yang digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun di mana terjadi peristiwa Hijriyah-nya Nabi Muhammad, SAW dari Makkah ke Madinah yakni pada tahun 622 M.  Kalender ini mempergunakan peredaran bulan sebagai acuannya, sangat berbeda dengan kalender Masehi yang mempergunakan peredaran matahari.
     Penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, sama dengan kalender Masehi kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan dengan jumlah hari berkisar 29 - 30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah Subhana Wata'ala, seperti dalam Al-Qur'an Surat At-Taubah Ayat 36: "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu."
Mengakhiri Mengawali Tahun
     Saat paling baik ketika kita harus mengkoreksi segala prilaku dan perbuatan kita di masa lalu adalah saat pergantian tahun baru. Kita yang berada di Indonesia memiliki dua kalender Masehi dan Hijriyah sangatlah tepat, karena kita memiliki kesempatan untuk mengkoreksi diri dalam setahun sebanyak dua kali, namun bukan berarti kita boleh mengkoreksi hanya tiap ada tahun baru saja.
     Memperbanyak ikhtiar untuk berbuat baik dan berdoa di akhir tahun dan di awal tahun merupakan ritual rutin di setiap pergantian tahun dengan pengharapan bahwa hidup harus lebih baik dari tahun lalu termasuk kehidupan di dunia mau pun kehidupan di akhirat kelak. Sudah sewajarnya manusia berusaha untuk meraih apa yang diharapkan dengan mengawali do'a.
     Paling tidak ada tiga hal penting ketika harus mengakhiri dan mengawali awal tahun. Pertama, mensyukuri nikmat Allah, SWT yang memberikan rahmat dan hidayah kepada seluruh umat di dunia. Kedua, melakukan intropeksi diri (muhasabah), hal ini penting dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kita mampu melakukan kebaikan pada orang lain. Ketiga, membersihkan diri (muatabah), selama setahun kita hidup dunia sudah cukup banyak us merasa ajalperbuatan yang kita lakukan dan salah satu saat yang baik melakukan pembersihan diri adalah saat pergantian tahun, dimana saat inilah manusia harus sadar bertambah tahun maka ajal semakin dekat untuk itu cepatlah melakukan pertobatan membersihkan diri.

Jauh Dari Hedonisme
     Tanpa di sadari apa yang dilakukan pada setiap pergantian tahun adalah sebuah rasa luapan gembira, dan berhura hura bila di hitung berapa investasi uang yang di hambur-hamburkan untuk acara setahun sekali, sungguh luar biasa borosnya. Menghambur-hamburkan uang pada peringatan tahun baru segera harus dilakukan penyadaran untuk umat, masih ada cara untuk mengekspresikan tahun baru tanpa harus mengeluarkan uang hingga sampai ratusan juta rupiah yang terbakar di kembang api.
     Pola hidup hedonisme sudah menjalar generasi muda kita, hedonisme merupakan pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Seorang dikatakan menganut hedonisme ketika mereka melakukan aktivitas fisik berupa mengejar modernitas dan menghabiskan banyak uang dan waktu yang dimiliki.
     Kasihan generasi penerus kita jika kita tidak sesegera mungkin mengalihkan perhatiannya akan hura-hura dalam memperingati pergantian tahun baru. Kehadiran sosok pemuda dalam tiap pergantian tahun baru dengan santun amatlah sangat berharga, peringatan tanpa terompet, tanpa asap kenalpot, perlu dikampanyekan. Tidak hanya orang tua saja yang mengkampanyekan namun juga harus di dukung oleh pemegang kebijakan dengan tidak mengeluarkan dana hanya sekedar untuk menghidupkan kembang api, meski pun di pandang spektakuler dari ribuan pasang mata ada seper sekian persennya adalah masyarakat yang masih butuh banyak bantuan. Bukan membandingkan dengan acara tahun baru lainnya, sudah selayaknya kita merubah hura-hura pergantian tahun baru dengan kegiatan positif dan menyentuh pada kepedulian sosial.

Tidak ada komentar: