Senin, 01 Januari 2018

CERPEN REMAJA

Ada Cinta Yang Tertahan Di Kerongkongan
by: Ahmad Amin Udin

Gb. Dari Google Images
   Pagi mulai menunjukkan semangatnya dengan di tandai semakin merambatnya cahaya matahari yang mulai menghangatkan kulit. Sesuai jadwal keberangkatan menuju sekolah harus tepat waktu, jika tidak tepat waktu bisa di bayangkan, PR kimia yang belum selesai pasti tidak bisa terselesaikan. Bagaimana pun jarak waktu dari rumah ke sekolah harus diperhitungkan dengan pas dan tepat.
"Yup, jam sudah tepat untuk berangkat", ujar Satrio dalam hati dengan sesegera mungkin remaja tanggung yang masih duduk di bangku kelas 2 IPA SMA ini mulai bergegas karena si Atma mulai menjemput.
"Ayo Sat segera berangkat, nanti kita terlamba, PR mu sudah selesai belum?" Tanya Atma dengan heran karena Satrio tampak semangat.
"Ha ha ha belum bung Atma, karena mulai tadi malam aku fokus lihat film layar kaca jadinya masih kurang ini pekerjaan rumahnya nanti lah aku pinjam sama Gadis."
"Ok, sip kalau gitu. Ayo berangkat". Berangkatlah keduanya dengan berjalan kaki. Kebetulan saja sekolah Satrio dan Atma berjarak kurang dari satu kilo saja.

*Pinjam Buku Dong*
    Kurang lima belas menit waktu bel sekolah berbunyi, di kelas sudah ramai teman sekelas Satrio dan Atma saling berebut mencari pekerjaan rumah kimia yang sudah selesai, seperti biasa sasaran percontohan adalah para teman cewek karena ceweklah yang sampai saat ini menjadi mahluk terajin di dalam kelas. Brak....suara tas Atma begitu keras diletakkan di atas meja bagaian pojok belakang dan langsung merangsek mencari jawaban untuk PR pelajaran yang paling susah. Sementara itu Satrio celingukan mencari si Gadis.
"Ah....ternyata belum datang, apa saya terlalu cepat datangnya ya?"
Tidak berselang lama, muncullah Gadis yang tepat duduk dibarisan dari depan nomor tiga dan secara kebetulan posisi duduk Satrio berada di belakang Gadis sehingga sangat mudah sekali jika antara Satrio dan Gadis memulai membuka pembicaraan.
"Gadis, apa pekerjaan kimiamu sudah selesai?" tanya Satrio penuh tanya.
"Sudah dong, mau pinjam? Traktir nanti ya?", goda Gadis pada Satrio.
"Ups....beres nanti aku traktir di kantin sekolah, ok". Jawab Satrio penuh semangat.
"Aku ajak Fitri dan Maya boleh ya?", harap Gadis agar dikabulkan.
"Waduh duh duh duh....boleh lah pokoknya jangan habis lebih dari lima ribu nih, bisa jual celana nanti", gurau Satrio yang disambut tawa pula oleh Gadis. Selanjutnya dengan heran Atma melihat keduanya tampak keheranan, "Hei...nih anak mau ngerjakan tugas kimia apa guyonan?"
Akhirnya bel sekolah berbunyi, dengan bergegas Satrio menyelesaikan satu nomor tugas PR kimia yang belum dikerjakan, "Hui...moga gurunya masuk agak telat."

*Bertanda Suka?*
    Begitulah semakin lama berganti hari, tiada terasa keduanya semakin akrab dan saling bertegur sapa, layaknya seorang teman namun tidak dapat dipungkiri perasaan saling untuk memiliki ternyata muncul dalam diri Satrio dan gelagat ini dapat di lihat oleh teman-teman Gadis seperti Fitri, dan Maya. Kedua sahabat ini sering menjadi mak comblang bagi keduanya. Informasi dari keduanya terkadang membuat bingung Satrio antara rasa suka sekedar sebagai sahabat ataukah ini benar-benar ada perasaan cinta yang membuat Satrio kerepotan. Sering dalam hati Satrio bertanya, benarkah aku jatuh cinta? Ataukah, benarkah Gadis memiliki perasaan sama pada diriku?
    Namun terkadang menilai, adakah perasaan si Gadis sama ternyata sangat sulit setiap saat Gadis dekat setiap saat Gadis tidak dekat setiap saat kelihatan menjauh, masalah inilah yang membuat posisi Satrio serba salah. Kehadiran sahabat Gadis bisa menjadi sedikit penghibur hati meskipun nadanya hanya provokasi untuk segera mengungkapkan perasaan pada Gadis.
"Ayo, kapan Satrio mengatakan cinta pada Gadis?", goda Fitri.
"Iya ya masak  sudah ada lampu hijau kamu biarkan, pas lampu merah kamu mau ngomong cinta ya terlambat nanti, sudah ketinggalan pakai surat ngomong aja langsung. Kita tahu kok perasaan Gadis padamu Sat." ungkap Maya dengan nada penuh semangat.
"Waduh teman...capek aku, nanti pas di tolak gimana....." Kekawatiran Satrio sangat berdasar, tatkala perasaan diungkapkan ada dua kemungkinan di tolak ataukah diterima. Spekulasi ini yang tidak diinginkan Satrio.
Sambil menepuk tangan Firi dan Maya bergegas meninggalkan Satrio dan berkata, "Ya sudah kita sebagai teman akrabnya Gadis hanya menyampaikan saja ya, perkara percaya apa tidak terserah kamu ya Sat, dah......"
    Begitulah kisah cinta ini hanya sampai sebatas kerongkongan Satrio saja, tanpa dapat mengungkapkan apa yang terasa di dalam hatinya saat ini semuanya berlangsung wajar dan biasa-biasa saja. Namun semakin lama gemuruh perasaan tak tertahan membuat seiring waktu berjalan begitu cepat dan tetap saja Cinta Satrio Berhenti Sampai Di Tenggorokan.