Selasa, 13 Oktober 2009

MARIA OZAWA

MARIA OZAWA KUTUNGGU TOBATMU
SEKEDAR JADI CEWEK SHALIHAH



Maria Ozawa a.k.a Miyabi adalah fenomena baru
dalam dunia industri
film porno di Asia setelah berakhirnya
era Asia Carera pada tahun
90-an karena AIDS. Gadis muda
berusia 21 tahun ini dengan sekejap
menjadi kaya meskipun masih tinggal
di apartemen yang disewanya
sebesar 16 juta rupiah per bulan.


Dengan sewa semahal itu lantas berapa gaji yang dia dapatkan sebulan?
Jangan heran jika Miyabi dengan profesi yang digelutinya saat ini bisa
mendulang 8000 USD dolar per bulannya (sekitar 75 juta rupiah).
Tinggal di apartemen mewah yang lebih mirip dengan mansion lengkap
dengan segala perabotan serba wah, ia lebih senang hidup menyendiri
setelah diusir dari rumah dan dijauhi teman-temannya.
Awalnya kehidupan Miyabi dengan kedua orangtuanya baik-baik saja,
sampai pada suatu ketika orangtuanya melihat Miyabi tampil bugil di
sebuah majalah porno Jepang. Seketika itu meledak lah murka
orangtuanya demi melihat Miyabi kecil yang masih remaja polos
melakukan hal yang tidak pantas dilakukan anak seusianya.
Meskipun demikian Miyabi tetap menjalankan profesinya, dari sekedar
foto-foto telanjang berlanjut ke film. Miyabi kembali cari gara-gara
ketika membawa 20 film porno yang ia bintangi ke rumah dan ia
tunjukkan ke orangtuanya. Sejak itu kedua orangtuanya tidak mau
melihat dan mengakuinya lagi sebagai anak.
Bahkan teman-teman dekatnya yang dulu akrab dengannya satu persatu
mulai meninggalkannya. Mereka alergi di cap berteman dengan seorang
bintang film porno…sungguh menyedihkan… Namun sebagai wanita muda
yang punya ambisi besar, situasi ini tidak membuatnya patah arang
untuk melanjutkan profesinya…demi uang ia tetap bertahan dan
konsisten !!!

Hidup soliter membuat dirinya pintar memasak. Bagaimana tidak orang
seperti dia selalu menghindari membeli makanan di tempat-tempat umum
jika tidak ingin diserbu penggemarnya atau dimaki orang-orang yang
nyinyir terhadap profesinya…. Selain gemar memasak, Miyabi juga
paling doyan nonton film-film porno yang ia bintangi sendiri. Semua
koleksi video yang ada di kabinet TV-nya adalah film porno. Sebagai
bintang film porno papan atas ia juga perlu belajar berbagai posisi
penting dari bintang-bintang film porno lainnya.
Meskipun banyak tawaran mengalir untuk hijrah keluar Jepang (Amerika
dan Eropa) dan bermain dengan pria-pria bule, Miyabi tetap tidak mau
dan tetap memilih tinggal di Jepang dan memilih pasangan main dari
pria-pria lokal. Alasannya cukup masuk akal juga. Menurutnya “perabot”
pria Jepang lebih kecil dan tahan lama dalam melakukan adegan syur
dibandingkan pria bule yang menurutnya memiliki “perabot” lebih besar
dan menyakitkan.

Seringkali dalam melakukan adegan di beberapa filmnya, Miyabi tampak
menangis dan itu memang benar-benar tampak alamiah. Sebabnya ia sedang
tidak menikmati dan benar-benar sakit. Miyabi juga mengancam akan
cabut dari AV (PH Film Porno) jika ia dipaksa melakukan adegan atau
posisi yang tidak ia sukai. Bahkan dulu pacar-pacarnya (4 orang –
sebelum semuanya diputusin) ketika sedang bersamanya dan ingin
menonton film yang ia bintangi, Miyabi selalu tidak pernah
mengijinkannya.

Namun setenar apapun dan sebanyak apapun uang yang ia hasilkan dari
pekerjaannya saat ini, sosok Miyabi adalah juga manusia normal yang
juga merindukan orang tua, sahabat, teman-teman dan keinginannya untuk
menikah seperti wanita kebanyakan . Jika saat ini ia melakukan seks
untuk bisnis suatu hari nanti ia merindukan ada laki-laki yang ingin
menikahinya.

Senin, 12 Oktober 2009

WONG FEI HUNG

MENYIKAPI DENGAN ARIF TENTANG

JIHAD SEORANG WONG FEI HUNG



Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China. Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.
Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.


Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amiin.