Senin, 14 Januari 2013

KURIKULUM 2013

MENANTI KURIKULUM 2013
oleh: Ahmad Amin Udin, S.Pd, S.ST

Kehadiran kurikulum baru bagi kalangan pendidik sangatlah diharap-harap cemas, perihal yang mencemaskan dari kurikulum 2013 adalah dihapusnya ataupun diintegrasikannya beberapa mata pelajaran dari SD hingga SMA. Tingkat Sekolah Dasar untuk mata pelajaran Bahasa Inggris ditiadakan, IPA dan IPS diintegrasikan ke mata pelajaran Matematika (untuk IPA) dan Bahasa Indonesia (untuk IPS). Sedangkan tingkat Sekolah Menengah Pertama, dihapuskannya mata pelajaran TIK yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran. Dihapuskannya/diintegrasikannya mata pelajaran TIK kesemua mata pelajaran diharapkan semua mata pelajaran yang di ampu oleh guru haruslah berbasis pada teknologi informasi, untuk itulah mendikbud mengharapkan kesiapan sekolah menyediakan perangkat penunjang teknologi informasi.

Di tingkat Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan tidak begitu mencolok atas hilangnya beberapa mata pelajaran yang ada adalah percepatan siswa SMK menjalani Ujian Nasional yang direncanakan pada kelas XI, sehingga maju setahun. Alasannya karena sekolah SMK ujian nasionalnya terbagi atas dua bagian sehingga untuk mengurangi beban belajar siswa maka diajukanlah kegiatan Ujian Nasionalnya untuk memberi kesempatan belajar dan fokus pada keahlian kejuruannya.

Terpenting dari kehadiran Kurikulum 2013 ini salah satunya adalah diwajibkannya Pramuka sebagai kurikuler yang masuk dalam pelajaran wajib untuk diikuti terutama tingkat sekolah dasar, dan munculnya mata pelajaran prakarya. Keduanya diharapkan mampu membentuk karakter siswa yang berkarakter. Intinya dari kurikulum maasih sibuk dalam mempermasalahkan beban jam mengajar yang terlalu padat, dan masih menekankan pada bagaimana karakter terbentuk pada diri siswa. Dua hal tersebut yang dijadikan dasar kebijakan-kebijakan mendikbud untuk merubah dan merubah kurikulum terdahulu. Yang lebih mendesak untuk saat ini dan tidak pernah tersentuh perbaikan mutu pendidikan adalah beban berat materi dan pengulangan materi yang terlalu berlebihan.

Pernyataan terakhir beban berat materi sebetulnya sudah dirasakan lama dan secara tidak langsung membawa perubahan-perubahan sikap siswa yang kita lihat hasilnya untuk saat ini. Contoh sederhana saja sekolah dasar intinya hanya terfokus pada bagaimana siswa kelas awal cakap dalam bercalistung (baca, tulis, hitung) tapi pada kenyataannya siswa sebelum masuk ke sekolah sudah di tes membaca dan berhitung padahal jelas-jelas hal tersebut melanggar peraturan. Dan anehnya di kelas awal siswa sudah harus mengikuti ulangan semester seperti tingkat atasnya, padahal untuk menjadikan siswa SD di kelas atas dapat membaca membutuhkan waktu yang lama.

Bagi pembaca yang menginginkan berbagi kontribusi pemikiran silakan klik kurikulum2013.kemdikbud.go.id