Senin, 28 Juni 2010

ARIEL, LUNA, CUT TARI

Bagaimana Menyikapi Video Porno (Mirip)
Ariel Peterpan, Luna Maya, dan Cut Tari?




Beredarnya kasus video porno (mirip) artis Ariel Peterpan, Luna Maya dan Cut Tari telah menimbulkan pro dan kontra. Yang menghujat Ariel cs, membela, menista, berhati-hati, ada juga yang masa bodoh atau tidak tahu alias bingung mau bersikap apa.
Bagi yang termasuk golongan terakhir (yang bingung), poin-poin berikut dapat jadi rujukan untuk bersikap.
Pertama, ketiga artis yang diduga pelaku video porno yakni Ariel Peterpan, Luna Maya dan Cut Tari menganut agama Islam. Sebagai seorang muslim, mereka telah melakukan dosa besar dengan melakukan zina, kecuali kalau sudah melakukan nikah sirri (untuk Ariel – Luna).
Kita, sebagai seorang muslim, harus memiliki sikap yang menolak perzinahan. Dalam melihat perilaku kemungkaran seperti ini, Nabi memberi tiga pilihan yaitu (a) merubah dengan tangan/kekuasaan (falyughayyirhu biyadihi), (b) mengingatkan dengan kata-kata (fabilisanihi), (c) ingkar dengan hati (fabiqalbihi).

Kedua, seorang muslim seperti kita harus ingat bahwa idola utama kita adalah Rasulullah. Artinya, standar nilai benar dan salah yang harus dilakukan atau dijauhi harus berdasar pada ajaran Islam. Setelah itu, adalah manusiawi kalau kita mengagumi seseorang berdasar karya atau prestasinya. Sepanjang kekaguman itu tidak merusak standar nilai baik-buruk yang kita anut.
Pengidolaan yang berlebihan pada selebritis akan berakibat pada (a) pembenaran apapun yang dilakukan (b) pembelaan membuta pada sang artis dan (c) penyikapan yang bodoh atas perilaku yang dilakukan mereka.
Ketiga, dalam segi proses hukum, semua komponen bangsa, termasuk para pengagum ketiga artis, hendaknya mendukung tindakan pemerintah dalam hal ini polisi yang membawa Ariel ke proses pengadilan. Tindakan mereka, baik untuk koleksi pribadi atau umum, adalah pelanggaran moral agama dan etika dan karena itu harus diambil tindakan yang menimbulkan efek jera tidak hanya pada artis-artis terkait tapi juga pada yang lain.

Kesimpulan
1. Kasihani para artis muslim yang telah khilaf berzina, tapi jangan bela mereka. Jangan dinista atau dibenci, juga jangan dipuji bak dewa. Pada saat yang sama ingatkan mereka supaya bertobat dan minta maaf pada publik atas tersebarnya video mereka yang meracuni generasi muda.
2. Ingkar dalam hati atas perilaku buruk orang lain adalah benteng terakhir seorang muslim dalam menjaga nilai-nilai keislamannya. Jangan korbankan nilai ini, demi membela secara membuta artis pujaan.
3. Orang tua harus mengingatkan anak-anak mereka bahwa idolaisasi generasi muda harus diarahkan sedemikian rupa sehingga mereka tidak terjebak pada pendewaan. Para artis adalah manusia biasa yang menjadi “orang besar” karena menjadi bagian dari sistem marketing industri kapitalis. Bukan karena kebaikan, keintelektualan dan kebajikan perilaku mereka. SUMBER:afatih