Sabtu, 01 Juli 2017

REUNI 2017

Mengenang Bait Nostalgia

Gita Cinta Bersama Istriku
     Masih aku ingat kalimat dalam tinta yang mengatakan "biarlah perasaan yang sama pada diri kita dihempas ombak secara berlahan" yang kini sudah menjadi abu terbang termakan angin. Aku pun menerima apa yang sudah tergariskan dalam garis gambar tanganku, namun bukan berarti aku tidak kecewa, kecewa tetap kecewa, tapi kecewa tetap kupendam sedalam mungkin hingga aku harus terlarut mencari bidadari yang mungkin sama dengan dirinya. Namun itu tak pernah berhasil dan selalu tidak berhasil karena satu, dua bidadari terlepas satu per satu hingga aku bertemu bidadariku terakhir yang kini bersamaku dan semoga menjadi penyejuk mataku hingga akhir hayatku.
     Aku akui aku adalah mahluk yang selalu tidak serius begitu kalimat yang aku ungkapkan ternyata hanya mengambang dan mungkin membuat bidadariku tidak dapat tidur, lucu saat itu dia salah tingkah dan aku pun menjaga jarak, hingga akhirnya di sekolah aku menjadi "sastrawan ghoib" karyaku berupa puisi, cerpen menghiasi mading sekolah lucu sekali jika  aku mengingatnya.
     Hari berlalu hingga menjadi ratusan hari aku lalui, banyak teman merasa bingung jika melihat hubunganku dengan bidadariku, 
"Ini jadian apa nggak sih?".
"Yang satu memberi lampu hijau, yang satunya kasih lampu merah."
Dalam hatiku, aku juga bingung. Seperti terkena penyakit kronis saja, aku pun tidak begitu memperdulikannya biarlah aku jadi aku, biarlah bidadariku tetap menjadi dirinya. Inilah kadang yang menjadi bagaian dari apa yang dikatakan dengan kalimat, "aku selalu tidak bisa serius". Surat yang aku jadikan abu itu juga cukup jelas apa yang bidadariku rasakan saat itu, namun api sudah terlanjur memakan kertas, nasi pun menjadi bubur, jalani dan jalani saja hidup ini bagaikan air kadang harus beriak di tanah yang dangkal dan bergemuruh di tengah arus yang kuat.Sampai saat ini pun aku berusaha bahwa aku dan bidadariku belum pernah jadian, kalau dipaksa ya aku pun mengatakan,
"Aku hanyalah TTM, Teman Tapi Mesrah", Bagiku jawaban ini sangat pas dan apa adanya.
     Sampai pada akhirnya aku bertemu dengan sahabat kecilku, tigapuluh tahun lamanya tidak bertemu. Di waktu begitu canggihnya pengetahuan yang menghasilkan mahakarya berupa internet dengan berbagai software aplikasi turunannya membawa pada sebuah pertemuan yang penuh kejutan. Bagaimana tidak penuh kejutan, sahabat kecilku ini membuat jantungku semakin berdetak dan melambungkan suasana hati yang sudah terhempas ini. "Aduh ini yang namanya membuka luka lama, sakitnya tuh disini".
     Ternyata sampai begitu jauhnya sebuah curahan masalah yang terpendam jauh di lubuk hati dapat terungkap namun aku tidak begitu antusias bukan karena apa, jalan hidup sudah ada pada jalurnya masing-masing kenyataan tidak dapat ditutupi lagi, sehingga inilah rahasia Allah yang disebut dengan takdir aku tidak ingin merubah apa yang di katakan dengan takdir aku tak ingin berusaha merubahnya walau sebuah kalimat suci mengatakan nasib bisa berubah asalkan kita berusaha.