Kamis, 28 Juni 2012

BULAN SIBUK

Sekolah dan Kecap Nomer Satu

     Bulan tersibuk bagi sekolah puncaknya adalah bulan April sampai dengan Juli, bulan-bulan tersebut tentunya berkaitan dengan ujian nasional, penerimaan siswa baru dan saat bagi guru untuk segera menyelesaikan administrasi sekolah untuk satu, dua semester ke depan. Ada hal yang berkesan saat-saat di dalam bulan tersibuk tersebut dimana pada bulan ujian nasional begitu tegangnya mulai dari guru sampai siswa bahkan stakeholder sekolahpun berusaha menyibukkan diri demi kesuksesan anak didik. Bahkan yang miris segala cara ditempuh mulai dari mistis sampai religi, mulai dari bimbingan sampai contek masal. Celakanya kegiatan tersebut berlangsung terus menerus meskipun korban-korban berjatuhan karena ketidak jujuran, yang menyedihkan jargon ujian nasional yang jujur dan bermutu seakan-akan lewat begitu saja.
     Setelah pengumuman kelulusan lewat banyak sekali terjadi kejutan yang aneh-aneh, diantaranya:
  1. Sekolah yang secara akademis tidak menonjol ternyata memiliki siswa yang memiliki nilai ujian nasional tertinggi.
  2. Kota yang pendidikannya relatif maju dan serba lengkap sarana belajarnya, ternyata masih kalah dengan sekolah pinggiran, bahkan kota yang menjadi barometer kemajuan pendidikan masih kalah dengan kota yang tidak diunggulkan dalam hal kemajuan pendidikannya.
  3. Sekolah SBI, RSBI, ataupun SSN ternyata hasil ujiannya kalah jauh dengan sekolah reguler.
     Inilah fenomena aneh untuk hasil ujian nasional saat ini, ada apa di dalamnya? Tentunya kata kunci jujur yang tidak terpatri dalam diri dunia pendidikan, kita yakin siswa dengan nilai absolut 100 dalam bidang studi bahasa inggris misalnya belum tentu berbahasa inggris bagus, atau mata pelajaran eksak 100 juga bukan jaminan siswa hafal perkalian atau pembagian desimal. Anehnya sekolah tidak mau tahu dengan sikap kejujuran yang penting siswa mendapatkan nilai ujian baik, meskipun melakukan kecurangan seperti mengangkat nilai ujian sekolah dengan skala perbandingan yang luar biasa, melakukan praktek perjokian dengan banyak cara. Apakah ini dapat dikategorikan menolong siswa? Ataukah sekedar menjebak siswa untuk selalu bergantung pada bantuan orang lain? Sungguh perbuatan seperti ini sangat merusak mental anak didik kita di masa mendatang. Sangat ironis. Sekolah mengunggulkan kemampuannya seperti iklan kecap yang selalu nomor satu.
    


1 komentar:

infofashionable mengatakan...

sangat membantu buat saya postingan ini nambah ilmu nich..
mkhs ya gant..
eh ya aq folow ya..mhon folowback buat persahabatan bloger..thx...
salam bloger