Rabu, 27 April 2016

FRON PEMBEBASAN MORO (MNLF)

MNLF Siap Bantu RI 
Bebaskan Sandera Abu Sayyaf?

MNLF: Pejuang Bangsa Moro
     Sebuah kabar mengejutkan datang dari Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF). Kelompok pemberontak yang berkuasa di selatan Filipina itu bersedia terlibat pembebasan sandera Abu Sayyaf. Padahal, kelompok tersebut merupakan induk dari rangkaian pemberontakan yang dilakukan minoritas Muslim di Moro dan sekitarnya. Kesediaan MNLF itu disampaikan Ketua Kelompok Advokasi Moro Samsula J Adju. Dia mengatakan pihaknya fokus melobi Abu Sayyaf supaya sandera asal Indonesia dibebaskan tanpa harus membayar tebusan ataupun dilukai. Apalagi, pejuang Moro mengenal beberapa pentolan militan di selatan Filipina, sehingga komunikasi nonformal diandaikan lebih mudah. "Kami siap terlibat dalam keseluruhan proses pembebasan sandera," ujarnya seperti dilansir Inquirer, Minggu (24/4).
MNLF merupakan gerakan separatis Muslim Moro untuk melepaskan diri dari pemerintahan Filipina. Mereka menggunakan taktik gerilya dan kekerasan untuk mendapatkan tujuannya, yakni mendirikan negara Islam.
     Moro berasal dari etnis Mindanao yang menempati bagian selatan kepulauan Filipina. Kelompok ini memulai pemberontakannya sejak 1973 di masa pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos.
MNLF membentuk pasukan perlawanan dengan sangat terorganisir, yang dikenal dengan nama Angkatan Bersenjata Bangsa Moro, dengan 30 ribu orang yang bergabung dan menjadi terkuat di 1970an.
Pada 1975, Marcos menyebut keluhan perekonomian sebagai alasan untuk menyerang pemilik tanah yang notabene dikuasai kaum Kristen. NMLF juga pernah menolak mentah-mentah tawaran otonomi dari pemerintah dan terus berjuang untuk berpisah dari pemerintahan Filipina.
Namun, tindakan boikot yang dilakukan MNLF telah memberikan kontrol legislatif terhadap Gerakan Rakyat Nasional. Organisasi ini secara perlahan melemah dengan pelbagai perpecahan hingga membentuk faksi-faksi, yang membela kelompok ini menjadi Front Pembebasan Islam Moro (MILF) and Organisasi Pembebasan Bangsa Moro. Pada tahun 1981, pemerintah Filipina menggelar operasi penegakan hukum, kondisi itu membuat aktivitas gerilya kembali meningkat. Pada Februari 1981, MNLF menyerbu pasukan pemerintah dan membunuh lebih dari 120 pasukan. Bersamaan dengan itu, mereka juga menculik pastur Katolik Roma, orang asing dan lainnya untuk dijadikan sandera dengan tebusan.
     Lima tahun kemudian, Marcos digulingkan secara paksa. Presiden baru, Corazon Aquino dan pimpinan MNLF Nur Misuari sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Baru pada Januari 1987 setuju untuk menurunkan tuntutannya sebagai negara merdeka dan menerima sistem otonomi. MILF menolak kesepakatan itu, alhasil perundingan sempat berhenti. Pada 1988 MNLF kembali melanjutkan gencatan senjata. Namun, negosiasi yang tertunda membuat pertempuran kembali terjadi hingga mendorong pemerintah untuk menggelar referendum, hasilnya seluruh warga setuju untuk menerima sistem otonomi bagi Muslim Mindanao pada 1990.
     Keterlibatan Indonesia dalam proses perdamaian dengan Filipina membuat MNLF berutang budi pada pemerintah Indonesia yang pada 1996 menjadi fasilitator proses perundingan damai antara kelompok separatis itu dengan utusan Manila. Berkat perundingan tersebut, MNLF kini mengelola kawasan otonomi khusus di sisi selatan Filipina yang penduduknya mayoritas Islam.
     Pemimpin MNLF, Nur Misuari, juga dikenal dekat dengan petinggi Abu Sayyaf. Salah satu komandan Abu Sayyaf yang diduga mengotaki penculikan ABK asal Indonesia adalah Alhabsi Misaya. Dua dekade lalu, Misaya pernah menjadi komandan pasukan tempur MNLF. Setelah bertahun-tahun bertempur, Misuari terpilih sebagai gubernur otonomi khusus. Namun, bentrok antara MNLF dan pemerintah masih terus berlangsung. Selama tiga dekade, setidaknya 100 ribu orang telah tewas pelbagai pertempuran antara kedua belah pihak.
sumber: merdeka

Selasa, 19 April 2016

MESIN HANDAL UNTUK KFX/IFX

Menunggu Mesin Pesawat Tempur
Indonesia - Korea

Ilustrasi Mesin
     Produsen pesawat Korea Selatan – Korea Aerospace Industries (KAI) berharap bisa menuntaskan pilihan perusahaan pemasok mesin untuk pesawat tempur KFX pada akhir April. Pembuat mesin Eurojet Turbo GmbH asal Eropa dan perusahaan General Electric (GE) dari AS bersaing untuk bisa menjadi bagian dari program Korea Fighter Experimental (KF-X). “Kami sedang dalam pembicaraan dengan dua perusahaan (dan berharap) bisa memilih pemasok mesin untuk program Korea Fighter Experimental (KF-X),” kata seorang pejabat KAI. “Satu perusahaan pemasok mesin akan dipilih pada akhir bulan ini”.

     Korea Selatan berusaha memproduksi 120 pesawat tempur bermesin ganda di bawah program KF-X yang diperkirakan akan menelan biaya sekitar 18 triliun won (US$ 16 miliar). Seoul berencana untuk menyebarkan pesawat tempur KFX mulai pertengahan tahun 2020 untuk menggantikan armada F-4 dan F-5 yang sudah menua. Lembaga pengadaan senjata Korea Selatan (DARPA) berencana untuk menyelesaikan desain dasar pesawat tempur KFX pada bulan September tahun depan dan menyelesaikan desain rinci pada Januari tahun 2019. AS berjanji untuk mentransfer beberapa teknologi pesawat tempur untuk Proyek KF-X, tapi Seoul menghadapi tantangan untuk menemukan alternatif lain setelah Washington menolak transfer empat teknologi inti. (DefenceWorld)
     Sementara itu di kisaran bulan Oktober 2015 tersiar kabar dua perusahaan bersaing untuk mesin pesawat KFX yaitu General Electric F414 dan Eurojet EJ200, Bersaing untuk Pesawat KFX

Seoul segera membuat keputusan tentang mesin pesawat untuk jet tempur KFX yang direncanakan diputuskan di paruh pertama 2016. Dua mesin yang akan bertarung adalah General Electric F414 dan Eurojet EJ200. Kedua pembuat mesin hadir di Seoul International Aerospace & Defense Exhibition tahun ini.
     Pengamat industri akrab dengan KFX mengatakan pemilihan mesin akan terjadi pada semester pertama tahun depan, setelah munculnya kontroversi seputar kegagalan Seoul untuk mendapatkan izin ekspor empat teknologi “inti” dari AS, untuk pengembangan KFX: active electronically scanned array radar, infrared search & track sensors (IRST), electro-optical targeting technology, and jamming technology.
Korea Aerospace Industries (KAI) mengeluarkan permintaan untuk proposal (RFP) mesin beberapa minggu yang lalu, dan tanggapan akan muncul bulan November. KAI akan memeriksa proposal, dan para pejabat Korea Selatan akan melakukan analisis yangn mencakup kunjungan lapangan ke dua rival’ fasilitas produksi di Eropa dan Amerika Serikat.
     Pemenang akan mendapatkan order menjual sekitar 400 mesin. Seoul berencana mendapatkan 120 pesawat KFX, sementara Indonesia, mitra 20% dalam program ini, berencana untuk mendapatkan 80 pesawat. Korea Selatan akhirnya berharap untuk mengekspor negara ke negara lain.
Eurojet yang memiliki kekuatan besar telah digunakan oleh Eurofighter Typhoon. Kepala eksekutif Eurojet Clemens Linden menawarkan juga modularitas, peta jalan pengembangan, dan transfer teknologi, jika mesin mereka terpilih. Eurojet juga menyoroti soal rawatan, daya tahan, dan kehandalan.
Perusahaan Eropa juga menyoroti pengalaman mitra konsorsium Eurojet Rolls-Royce di Korea Selatan, dengan lebih dari 400 mesin yang digunakan Angaktan Udara, Angkatan Laut, dan Angkatan Darat, Korea Selatan.
     General Electric vice president Alan DiLibero menyoroti perjalanan 35 tahun kerjasama GE dengan pesawat tempur Korea Selatan. Dia juga membahas pengalaman GE lama memproduksi mesin lisensi dengan Samsung Techwin, yang baru saja diakuisisi oleh Hanwha Techwin.
DiLibero juga menekankan roadmap pengembangan untuk mesin F414, yang digunakan oleh pesawat Angkatan Laut AS Boeing F / A-18 E / F Super Hornet, dan sejarah sukses GE pada sejumlah program internasional. Upaya kerjasama internasional GE, terlibat dengan Hindustan Aeronautics Tejas, yang didukung oleh mesin F404, dan Saab Gripen, yang didukung oleh mesin RM12, yang merupakan mesin produksi Swedia untuk versi F414.
     Mesin F404 juga digunakan semua varian pesawat latih advanced KAI T-50 maju pelatih jet. DeLibero menunjukkan bahwa GE baru saja meraih penghargaan pengakuan pemasok dari KAI. “Kami tahu bagaimana melakukan integrasi, dan saya pikir program T-50 adalah contoh yang bagus dari kemampuan kita untuk melaksanakan, dan komitmen kami,” kata DeLibero. (Flightglobal.com)
 

Minggu, 17 April 2016

SSX PINDAD RASA AK 47



 PINDAD Ciptakan Senjata Serbu
Pesaing AK 47

SSX: Senjata baru pindad
     Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen senjata dan kendaraan tempur, PT Pindad (Persero), akan meluncurkan senapan serbu varian terbarunya (SSX). Rencananya, peluncuran dilakukan pada Maret 2016. "Akan diluncurkan pada Maret 2016," Kata Direktur Utama Pindad, Silmy Karim kepada detikFinance, Selasa (12/1/2016). Senapan serbu terbaru ini murni senjata varian terbaru, bukan pengembangan SS-2 atau SS-1 yang telah lama dikembangkan dan diproduksi massal. Senjata yang masih dirahasiakan namanya ini, memiliki kaliber 7.62 x 51 mm, dan jarak tembak efektif (effective range) 600-800 meter. Sedangkan SS-2 atau SS-1 yang memiliki kaliber 5.56 mm hanya memiliki jarak tembakan efektif 300 meter.
      Varian terbaru ini memiliki kaliber atau spesifikasi hampir serupa dengan senjata legendaris Uni Soviet (sekarang Rusia) ciptaan Mikhail Kalashnikov, AK 47. AK 47 memiliki kaliber hampir mirip dengan varian senjata serbu buatan Pindad yakni 7.62 x 39 mm, namun jangkauan tembak AK 47 hanya 300 meter. Sedangkan senjata buatan Bandung itu bisa menembak sasaran dengan jarak maksimum 800 meter. "Efective range lebih jauh. Ini lebih mantap," tambah Silmy.
      Dia mengaku, senapan serbu varian terbaru ini murni rancangan insinyur Pindad. "Ini desain asli Pindad," ujarnya. Senapan SSX ini dirancang menggunakan method reverse engineering, yang artinya senjata dibuat dari gabungan sejumlah produk persenjataan karya Pindad maupun non-Pindad. Misalnya saja rumah mekanik dan penutup diambil dari SS1. Bagian laras mengambil milik senapan penembak runduk (sniper) SPR1. Picantinny rail menggunakan senapan FN SCAR. Namun begitu, SSX tidak sepenuhnya berasal dari gabungan sejumlah komponen senjata. Beberapa di antaranya merupakan rancangan baru, termasuk popor yang bisa dilipat.
     Panjang popor bisa diatur sesuai dengan kondisi fisik penembak. Dalam pengoperasiannya setiap pucuk senapan SSX dilengkapi magasine 15 butir peluru. Di tehun 2016 ini Pindad akan mengembangkan sedikitnya 3 alutsista, baik yang lanjutan maupun yang tebaru. Direktur Utama PT Pindad (Persero) Silmi Karim mengatakan, 3 alat utama sistem pertahanan atau alutsista itu adalah 2 panser, satu senjata dan satu munisi kaliber besar. “Tahun ini kita masih melanjutkan proyek sebelumnya yaitu panser Anoa darat dan Amphibi, Panser Badak yang terbaru, kemudian amunisi kaliber besar” katanya.
Menurut Silmi semua itu untuk kebutuhan alat pertahanan TNI dan sebagian juga merupakan pesanan dari Luar Negeri. “Sebagian besar untuk kebutuhan dalam Negeri sendiri dan sebagian lagi sudah ada pesanan dari luar negeri diantaranya dari Timur Tengah” ujarnya.
      Silmi juga mengatakan, anggaran yang diajukan oleh Pindad ke Pemerintah untuk tahun ini sebsar Rp 1,7 Triliun, yang akan digunakan untuk komersial dan reserch. “Kita ajukan 1 koma 7, dimana yang 1 triliunnya kita gunakan untuk komersial, artinya memproduksi untuk kebutuhan perdagangan, sementara yang 700 milyarnya kita gunakan untuk reserch dan kerjasama” kta Silmi.

sumber: financedetik

Sabtu, 16 April 2016

KAPAL SELAM JEPANG



Setelah Insiden Berdarah, 
Kapal Selam Jepang Akhirnya Masuki Australia


Ilustrasi: Kapal Selam Jepang Soryu Class
SYDNEY – Untuk pertama kalinya, kapal selam Jepang memasuki Pelabuhan Sydney sejak terjadi Perang Dunia II. Saat itu, terjadi insiden berdarah antara kedua angkatan laut yang menewaskan puluhan tentara Australia.
     Kapal selam bernama JS Hakuryu itu berlayar diiringi oleh dua kapal perang lainnya yaitu JS Umigiri serta JS Asayuki dan kapal angkatan laut Australia HMAS Ballarat sekira pukul 11 pagi, sebagaimana dikutip dari Daily Mail, Jumat (15/4/2016).
     Kedatangan kapal perang Jepang ke Pelabuhan Sydney adalah kejadian yang pertama kalinya sejak 1942. Selama ini diketahui, hubungan antara Jepang dan Australia sempat memanas. Tiga kapal selam mini Jepang menyelinap ke pelabuhan dan menyerang kapal Australia. Hal ini menyebabkan 21 pelaut Australia meninggal dunia.
     Kapal-kapal Jepang tersebut ikut ambil bagian dalam latihan perang Nichi Gou Trident dengan Angkatan Laut dan Angkatan Udara Australia yang diadakan 15-26 April 2016.Latihan yang telah dilakukan sejak 2009 merupakan kesempatan yang baik bagi kedua Jepang dan Australia untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan bilateral angkatan laut dengan melatih keterampilan maritim.
     Selain itu, kegiatan ini merupakan kesempatan emas bagi Jepang untuk memamerkan teknologi canggih kapal selam kelas Soryu mereka. Apalagi, Jepang diketahui tengah bersaing dengan Perancis dan Jerman untuk memenangkan kontrak sebesar USD50 miliar untuk membangun 12 kapal selam baru untuk Australia. Pengumuman pemenang kontrak akan dilakukan pada tahun ini oleh Pemerintah Australia.

sumber: news.okezone