Selasa, 09 September 2014

KURIKULUM 2013 (BARU)

Merubah Mindset Guru
oleh: Ahmad Amin Udin, S.Pd, S.ST

Mas Rizqi belajar di luar kelas
Perjalanan Kurikulum 2013 telah menapaki tahun ke dua di tahun 2014 ini, perjalanan yang masih bisa di kata terlalu dini untuk dikatakan bahwa Kurikulum 2013 kurang berhasil. Berhasil atau tidak karena siswa yang murni selama duduk di bangku kelas pertama sampai akhir belum tampak hasil kelulusannya. Dalam setiap diskusi dengan teman sesama guru, kebanyakan meragukan akan output siswa yang menjalani Kurikulum 2013 mengingat banyak guru yang masih mengeluh dengan pola pengajaran dan juga tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasarnya (KD).

Pelatihan yang didapati oleh seorang guru masih sekitar bagaimana menyusun RPP yang sesuai dengan Kurikulum 2013, meskipun dalam pelatihan ada juga yang diwajibkan untuk tampil mengajar seolah-olah mempergunakan gaya mengajar Kurikulum 2013 dengan metode mengajar diskusi. Kesan dari kegiatan dengan metode diskusi masih terlihat dipaksakan pasalnya ketika di kelas sangat jarang seorang guru mempergunakan metode diskusi ini. Padahal diskusi sejak diberlakukannya Kurikulum berbasis Kompetensi hingga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah sering di gembar gemborkan, namun kondisi di lapangan sangat berbeda.

Apa yang perlu di rubah dengan lahirnya Kurikulum 2013? Salah satunya adalah merubah mindset guru dalam gaya mengajar. Selama ini variasi mengajar seorang guru masih terlihat kaku dan terkungkung dengan metode ceramah, alasannya ada kekhawatiran tidak tercapainya materi yang telah diajarkan hal ini disebabkan fokus seorang guru adalah sukses mengantar siswa dengan meraih nilai baik dalam Ujian Nasional.


Kalau mindset guru dalam mengajar tidak berubah, maka proses pembelajaran tidak akan tercapai dimana 1) standar proses yang semula pada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi harus dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan menyita. 2) belajar tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar lingkungan sekolah. 3) guru bukan satu-satunya sumber belajar. 4) sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan.